Budi Soehardi, yang dibesarkan di Jawa Tengah, Indonesia, adalah seorang pilot berusia 53 tahun yang tinggal di Singapura bersama istrinya, Peggy, mengurusi 47 anak di sebuah panti asuhan. Budi Soehardi mendirikan sebuah panti asuhan di Kupang, NTT, setelah melihat kondisi buruk yang dihadapi oleh anak-anak pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan di Timor Timur pada tahun 1999. Sejak itu, Budi Soehardi mulai mengkoordinir sumbangan berupa uang, makanan, pakaian dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.
Dengan bantuan teman-teman dan para relawan, keluarga Budi Soehardi mengidentifikasi daerah yang sarat konflik di Timor Timur dan mengirimkan lebih dari 40 ton makanan, obat-obatan dan peralatan mandi ke daerah-daerah tersebut. Keluarga Budi Soehardi kemudian memutuskan bahwa Kupang bisa dijadikan tempat untuk membangun sebuah panti asuhan untuk anak-anak korban bencana tersebut. Pembangunan panti asuhan yang memakan waktu selama 11 bulan itu kemudian dinamakan Panti Asuhan Roslin, sebuah nama yang diambil dari nama seorang anak perempuan Timor.
Pada bulan April 2002, panti asuhan dibuka dan mulai menampung 4 orang anak. Sejak saat itu panti asuhan diperluas fungsinya dengan menyediakan pendidikan gratis, pakaian, perumahan dan makanan untuk 47 anak-anak dari segala usia, mulai bayi yang baru lahir hingga mereka yang sudah kuliah. Hampir setengah dari penghuni panti asuhan adalah anak-anak di bawah usia 8 tahun.
Anugerah Yang Tak Terduga
Awalnya tanah dimana panti asuhan ini dibangun merupakan tanah yang sangat tandus dan sulit ditanami. Tapi saat ini, nasi yang dimakan oleh anak-anak panti asuhan tersebut berasal dari hasil padi yang mereka tanam. Budi Soehardi dan istrinya, Peggy, yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman di bidang pertanian, menggunakan 2 pompa dan 1 genset untuk mendapatkan air bagi keperluan irigasi. Mereka kemudian mulai menanam padi dan 100 hari kemudian telah berhasil menuai panen mereka yang pertama. Saat itu mereka mendeklarasikan bahwa mereka telah mampu berswasembada beras untuk anak-anak panti asuhan.
Secara kebetulan hal ini merupakan taktik efisiensi biaya bagi mereka, mengingat Budi Soehardi pada bulan November ini akan kehilangan pekerjaannya sebagai pilot karena masalah ekonomi global. Selama ini gaji pilotnya selalu ia sumbangkan untuk kepentingan panti asuhan dan mendanai pendidikan salah seorang penghuni panti, bernama Gerson Mangi sebagai mahasiswa kedokteran.
"Pak Budi layaknya seorang Ayah bagi saya" kata Gerson Mangi, Seorang anak asuh Roslin Orphanage / Panti Asuhan Roslin berusia 20 Tahun. Gerson Mangi yang datang ke Panti Asuhan Roslin kehilangan kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya saat orangtuanya meninggal. Gerson Mangi sangat berterimakasih atas bantuan yang diberikan Budi Soehardi dan sponsornya saat ini yang membantu ia kuliah sebagai mahasiswa kedokteran.
Budi Soehardi berharap bahwa berakhir kontraknya sebagai pilot, tidak akan berpengaruh terhadap kesejahteraan anak-anak dipanti asuhan.
No comments:
Post a Comment