Lalu suatu hari, ada seorang pemuda bernama Dadang, penduduk asli kampung itu yang pulang kampung karena sudah menyelesaikan sarjana dari sebuah universitas ternama di kotanya. Ingin memiliki cita-cita yang mulia, yaitu ingin mengabdikan disiplin ilmu yang ia punya untuk memajukan desanya. Kang Dadang ini seorang pemuda yang tampan dan baik hati. Agamanya pun baik. Dan banyak gadis desa yang berlomba ingin mendapatkannya. Namun kang Dadang hanya menaruh hati pada Rina, tapinya nyalinya untuk mengutarakan hati selalu tertahan saat ia menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang anak petani desa yang jauh dari glamor kekayaan. Ia menjustifikasi diri bahwa Rina tak mungkin mau dengan seorang sarjana desa yang tak memiliki kekayaan apa-apa. Ternyata takdir memiliki keberpihakan sama dia. Waktu orang tua Rina mendengar bahwa kang Dadang punya hati sama anaknya Rina, mereka langsung menyambut dengan baik. Karena dalam pemikiran mereka, soal kekayaan bisa dicari bersama seiring waktu, tapi soal akhlaq dan agama itu yang jauh lebih penting. Singkat cerita akhirnya mereka menikah, kebahagiaan terpantul dari wajah mereka berdua. Meski tak dipungkiri banyak wajah masam dan cemberut karena kalah di arena memperebutkan hati Rina.
Waktu terus berjalan. hari berganti hari. Begitupun dengan pergantian bulan dan tahun. Orang tua Rina meninggal pada suatu kecelakaan. Rina merasa kehilangan pegangan, sementara keadaan ekonomi kang Dadang belum bisa memenuhi semua keinginan Rina, yang selama ini terpenuhi dari orang tuanya. Meski mereka sudah memiliki 2 anak, Rina masih merasa tidak puas.Lalu ia meminta kang Dadang agar mengijinkan ia bekerja untuk mencari tambahan uang penghasilan. Hati kang Dadang tidak mengijinkan. Tapi niat keras Rina tak bisa dicegah. akhirnya tanpa izin suami, Rina tetap melamar kesana sini. Tentu saja ia banyak diterima disana-sini, karena walau bagaimanapun raut kecantikannya tak pernah sirna.
Kesibukan pekerjaan dan dorongan jiwanya untuk maju semakin berkembang, kadang kalo jam kantor menyita perhatiannya sampai larut malam. Secara bertahap perhatian sama suami dan anak semakin berkurang. Bukan tidak sayang, tapi waktu yang sangat terbatas. Ambisinya untuk menjadi kaya, telah ia pertukarkan dengan kasih sayang yang masih dibutuhkan buah hatinya.
Waktu terus berjalan, relasi bisnis semakin banyak. sampai suatu waktu ia berkenalan dengan salah satu relasi bisnisnya, dan memiliki ketertarikan. Singkat cerita affair-pun terjadi. Mereka berencana ingin menikah. Tapi mereka terhalang oleh status Rina yang masih menjadi istri Kang Dadang. Lalu suatu hari Rina memanggil suaminya, dan mengatakan niatnya untuk bercerai. Dia mengatakan bahwa kang Dadang sebagai suami tidak bisa membahagiakannya dan tidak bisa memenuhi kewajiban ekonomi untuk membeli ini dan itu. kang Dadang tentu kaget bukan kepalang, hatinya hancur, air matanya tak bisa dibendung. Begitupun kedua anaknya yang mendengar perkataan itu, sangat sedih, terpukul dan psikologisnya rusak. Rina beranggapan bahwa tujuan berumah tangga adalah kebahagiaan, dan kewajiban suami adalah memenuhi kewajiban ekonominya. Nah kalau dia merasa tidak bahagia, dan kewajiban ekonomi itu masih jauh dari harapannya, maka cita-cita luhur dari ikrar suci sudah gugur dengan sendirinya. Kang Dadang dengan sabar, memberi pengertian pada Rina, agar Rina selalu bersabar,dan ingin terus mempertahankan rumah tangga. Tapi ditolek mentah-mentah oleh Rina. Dan Rina sudah membuat keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat oleh pihak manapun. Hanya ada satu harga mati, yaitu satu kata "CERAI" .
Akhirnya Rina bercerai. Tapi Rina juga tidak jadi menikah dengan pria yang sebelumnya sudah berjanji menikahinya. Si Pria berfikir, kalau saat ini Rina mau mengkhianati pernikahan sucinya demi dirinya, maka suatu waktupun tidak ada jaminan kalau Rina takkan mengkhianati dirinya untuk orang lain. Dan Rina pun menikah dengan pria yang lain lagi...?? Sementara kang Dadang yang berselimut mendung dengan segudang kesedihan, harus tetap hidup untuk merawat, membesarkan, mengasuh dan mendidik 2 anaknya. Ia adalah simbol single parent dari seorang pria yang bertanggungjawab. Sementara Rina yang sudah hidup mewah di perkotaan, hidup dengan seorang konglomerat. Kisah duka di desa ia tinggalkan. Bahkan anak -anaknya pun sudah ia lupakan. Kang Dadang sehari-hari tetap tekun bekerja, karena ia menyadari bahwa dipundaknya ada tanggung-jawab untuk menghidupi sang buah hati. namun ia pun manusia biasa, hati kecilnya tetap tak bisa disembunyikan bahwa ia hancur dengan ditinggalkan oleh istrinya hanya karena kemapanan ekonomi yang tak kunjung berhasil. Lama kelamaan iapun agak menjauh dari agama. Ajaran agama yang ia terima waktu kecil, hanyalah sekelumit kenangan yang pernah ia lakukan. Karena fikirannya saat ini,ia ingin mengejar seluruh kemapanan,demi masa depannya agar tak lagi ditinggalkan seorang wanita hanya karena soal kemapanan.
Ada yang dilupakan Kang Dadang, bahwa sesungguhnya ia memiliki kekayaanlain yang tak kalah luar biasanya, yaitu kedua anaknya yang tumbuh di sekolah dasar ternyata memiliki prestasi yang hebat. Rangkink satu, adalah sebuah rangking yang tak pernah bergeser. Nilai matematikanya selalu 10. Pernah suatu kali ia mendapatkan nilai 9, dan iapun menangis sedih luar biasa. Tidak seperti anak sekarang yang nilai enam saja masih ketawa-ketiwi cekikikan dan minta ini dan itu. Bukan hanya prestasi akademik, tapi kebiasaan menolong katanya pada setiap guru, disiplin yang tinggi, rajin ibadah sering dijadikan contoh oleh para guru bahwa semua siswa harus mencontoh anak-anaknya kang Dadang.
Sampai suatu ketika, ketika bubaran sekolah kelompok geng motor yang berkembang di kotanya menabrak mereka. 5 anak tewas di tempat, termasuk 2 anak kang dadang tersebut. Darah berceceran di aspal, mukanya rusak, tulang dadanya remuk. Menerima kenyataan ini, hati dan jiwa kang dadang semakin hancur. Dia merasa keberuntungan tak berpihak padanya. Tuhan tak sayang pada dirinya. Ujian semakin berat,dan ia tak mampu menahan beban sendirian.!!!?
Sampai suatu waktu kang Dadang bertemu seseorang, dan ia menceritakan kisah pilunya. Kang dadang bicara secara jujur, apakah ini ujian atau hukuman karena memang saat ini ia semakin jauh dari Agama. Kata orang itu dan memberikan sumbang-saran pemikiran dan nasihat, agar kang Dadang tetap bersabar dan berusaha 'ntuk kembali ke jalan Allah swt. Dan alhamdulillah, rupanya hidayah Allah turun pada kang Dadang, ia bersujud dan menangis, rupanya ia sangat teramat sangat menyadari bahwa ambisi mengejar dunia tidak harus jauh dari sujud pada-Nya.
Syukur, disaat hatinya hancur berkeping-keping, berserakan disana-sini, ia menemukan secercah cahaya untuk kembali kepada-Nya
2 comments:
I never saw this type of blog.
Really this is amazing.
Nice post and thanks for spreading your words.
Post a Comment